Re-Interpretasi Al-Quran melalui Pendekatan Strukturnya
Islam sebagai agama universal per definisi menawarkan kepada manusia jalan keselamatan dan kedamaian. Dalam perjalanan sejarah Islam yang panjang umat Islam telah berupaya mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Salah satu manifestasi karya umat Islam memberikan kontribusi kehidupan umat manusia berupa ilmu dan teknologi. Terbukti bahwasanya umat Islam secara aktif memberikan tinta emas bagi peradaban dan kebudayaan manusia.
Semua karya umat Islam dengan jelas berpijak kepada Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci Islam di mana Allah Sang Pencipta “menghadirkan” dirinya untuk berdialog dengan manusia. Al-Qur’an adalah “kitab terbuka” untuk dikaji manusia untuk mengambil pelajaran darinya. Pada diri Al-Qur’an termuat gambaran manusia dan kehidupan itu sendiri. Dengan demikian Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia. Tak mengherankan Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya karena pada diri manusia terdapat potensi rasional yang merupakan anugerah dari Allah yang berharga.
Dalam sejarah Islam yang panjang umat Islam telah berupaya mengkaji Al-Qur’an dari berbagai pendekatan. Semua pendekatan tersebut menjadi kekayaan keilmuan Islam yang berharga. Berbagai pendekatan untuk mengkaji Al-Qur’an merupakan manifestasi kebebasan berpikir umat Islam dan semua itu sah dengan pertanggunganjawab masing-masing pendekatan. Inilah perwujudan demokratisasi keilmuan yang mengesankan sebagaimana dicatat sejarah keilmuan.
Tanpa mengurangi penghargaan kepada berbagai pendekatan terhadap Al-Qur’an yang ada, diperlukan pendekatan baru terhadap Al-Qur’an. Mengapa ini diperlukan karena Al-Qur’an sebagai kitab abadi tidak akan pernah selesai untuk dielaborasi. Ini mendorong umat Islam supaya bangkit dari kemalasan intelektual yang menyebabkan kehidupan umat Islam mengalami kemunduran. Tidak ada klaim kemutlakan dalam mendekati Al-Qur’an, klaim kemutlakan menyebabkan kemandegan kreativitas keilmuan umat Islam.
Di sini diajukan tawaran berupa reinterpretasi Al-Qur’an melalui pendekatan strukturnya. Pendekatan struktural terhadap Al-Qur’an metodenya “ditemukan” oleh Lukman Soemabrata. Metode pendekatan struktural Al-Qur’an dielaborasi Lukman Soemabrata dalam buku Pengantar Fenomenologi Al-Quran: Dimensi Keilmuan di balik Mushaf Utsmani (1991) bersama Dr. Lukman Saksono dan Drs. Anharuddin. Lukman Sumasubrata juga menulis buku Keilmuan di balikFormat Al-Qur’an: Menelusuri Jejak Kaki Ibrahim (1996). Berpijak kepada pendekatan struktur Al-Qur’an diharapkan Al-Qur’an dapat “berbicara tentang dirinya sendiri”. Dengan demikian makna Al-Qur’an dapat ditangkap oleh manusia yang mengkajinya. Dengan manajemen yang baik dan tertata program kajian Al-Qur’an dengan pendekatan strukturnya dapat berjalan secara sistematis dan kontinyu, sehingga diperoleh hasil kajian yang signifikan.KM2