Tuesday, October 07, 2014

Rok Mini ...

Soal rok mini ini memang menggelitik....

Saya sendiri di dalam dilema yang besar. Alasannya, pertama karena saya laki-laki. Kedua, karena saya belum pernah memakai rok mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir perspektif saya terhadap rok mini ini menjadi sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan ngawur.
Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak salah sangka :

1. “Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak ?”

2. “Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya ?”

3. “Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga dilihati ?”

Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan sampai saat ini. Malu nanyanya.
Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan “etika” yang saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial yang buruk. Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum.

Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang bilang “Pikiran situ saja yang jorok”, duh, ingin sekali saya jawab “Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha …. memaksa untuk dilihat”. Soal hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.

Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok boleh melarang orang untuk merokok. Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain. “Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya”. Gimana kalau perokok menjawab, “Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap”. Kira-kira Anda mau langsung mengajak adu hantam tidak?

Mamainkan musik adalah hak.
Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab “Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot”. Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak? Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, saya kira volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah.

Minimal tidak jadi masalah untuk orang lain. Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman. Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan … duuuh biyung, please mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda.

Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat? Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya.

Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di penjara seumur hidup. Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak mengguanakan rok mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik (tanpa menggoda) dan pantas.

Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan pengenanya. Mbak-mbak, ibu-ibu.

Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan. Dalam teori saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion.

Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka bicara, suka berdandan, suka “menunjukkan” keindahan dirinya.

Itu memang kodratnya. Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak. Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi. Maka, seperti Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bisa bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan. Semoga kita semua aman dan selamat. di manapun berada.

Aamiin

Wednesday, November 23, 2011

Instropeksi.....


Dalam perjalanan saya yang penuh gejolak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah timbul suatu pemikiran yang sederhana dari kawan saya.......

"Bagaimana jika saya mencoba memahami Sang Khalik dengan mempelajari hasil karya Nya yang Agung yaitu Al Quran........"

Tapi darimana saya harus memulainya sedang pengetahuan saya untuk itu amat terbatas atau tidak ada sama sekali.

Saya yakin akan menemukan petunjuk seperti keyakinan saya terhadap Allah sebagai Yang Maha Memberikan Petunjuk.

Suatu ketika tanpa sengaja saya membaca terjemahan yang bunyinya sebagai berikut :

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.

Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.

(QS 75:16 - 19)


Sebuah ayat yang amat luar biasa bagi saya, yang tidak mempunyai pengetahuan tentang Al Quran, ternyata Allah sendiri yang menjamin bahwa pemahaman tentang Al Quran akan diberikan jika kita berniat mempelajarinya.

Wow, sebuah pengalaman spiritual yang dahsyat...

Tetapi tetap timbul pertanyaan besar dalam diri saya, bagaimana harus memulainya... karena saya sudah jenuh mempelajari dengan cara konvensional.

Pasti ada jalan keluar dan Allah jua lah yang akan memberikannya.


Berangkat dari hal-hal tersebut diatas maka saya berkeyakinan keras akan menjadikan Al Quran sebagai Operating System dalam diri saya

Monday, November 14, 2011


Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun


Ini suatu cerita yang indah (dari sebuah milis):

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Qur’an di meja makan di dapurnya.
Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. 


Suatu hari sang cucunya bertanya, ” Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur’an seperti yang
kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur’an ?"


Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata , “Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.”
Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.
Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.
Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong , maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.
Sang kakek berkata, “Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air.”
Ayolah, usaha kamu kurang cukup,” maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.
Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, “Lihat Kek, percuma!” ” Jadi kamu pikir percuma?”
Kakek berkata, ” Lihatlah keranjangnya. ” Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. ”
“Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, di dalam dan diluar dirimu .
Jika Saudara merasa artikel ini patut dibaca, maka lanjutkanlah ke teman-temanmu.
Seperti sabda Nabi Muhammad (SAW) :
” Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjaranya
yang sama ”

Sunday, June 21, 2009

Poligami dan Monogami

Mengapa poligami dipertentangkan oleh umat Kristen terhadap umat Islam yang ajarannya memperkenankan berpoligami, bahkan maksimal dapat sampai sebanyak empat istri? Kebanyakan orang tak mau membedakan kekhususan ajaran yang diturunkan pada sebuah keadaan yang khusus. Laki-laki Arab dahulu itu mementingkan prestige-nya dengan harem dan perbudakan. Hal itulah yang ingin disudahi Tuhan. Tapi jangankan mengurangi sampai hanya empat istri, mengurangi seorang saja dari istri-istri dan budak-budak di haremnya pun pada waktu itu tak mudah.

Orang Arab cenderung beristri banyak (berpuluh-puluh) di zaman itu. Pengurangan atas hal itu diajarkan Tuhan. Berpoligami dengan istri yang banyak sekali dilarang Tuhan, karena itu pun merupakan perbudakan perempuan. Ketegangan dan persaingan cinta diantara para istri di harem seringkali melibatkan dosa. Cemburu, iri hati, dengki, keserakahan, kelicikan, penggunaan ilmu pengasih (pelet) untuk memikat cinta suami merupakan perbuatan dosa yang lazim di harem.

Perempuan dibeli dengan sejumlah nilai mata uang seperti benda. Nabi Muhammad mengajarkan penghormatan atas harkat perempuan, dan jadilah pembatasan maksimal empat istri. Itulah jangkauan kompromi keadaan di masa itu.

Tapi untuk pada masa kemudian, hal itu tak terlihat sebagai upaya pengendalian kebiasaan buruk yang tak menghargai harkat perempuan, tapi dikritisi sebagai ajaran yang tak menempatkan perempuan berharkat sama dengan laki-laki. Terlebih-lebih kaum feminis yang menilai hal itu sebagai ketidakadilan terhadap derajat kaum perempuan.

Manakala saat ini pembolehan berpoligami dalam Islam dirujuk sebagai salah satu jalan keluar mengatasi kesukaan berzinah, hal itu tak dapat diingkari. Semua perbedaan dapat dipertentangkan, semua persesuaian dapat disekutukan. Adalah lebih baik menimbang-nimbang perbedaan sebelum dipertentangkan, ataukah perbedaan itu sebaiknya dipahami saja dalam kelapangan hati dan toleransi. Kalau kategori persesuaian diangkat dan terkemuka, sementara perbedaan ditolerir, pertentangan dan antipati akan berkurang, kedamaian pun semarak.

Ajaran Islam adalah ajaran monoteisme yang sama dengan ajaran Kristen. Tuhannya sama-sama disebut Allah. Mengapa tak itu saja yang dibesar-besarkan dan disepakati bersama dulu? Kalau bukan itu dahulu yang disepakati, perbedaan-perbedaan pandangan pun semakin mencuat.

Kalau poligami tak dibenarkan dalam ajaran Kristen terutama Katolik, tak perlu menjadikan poligami itu sebagai cacat agama. Monogami memang ajaran yang baik. Pemberkatan pernikahan di gereja, menyemaikan ajaran Kristen yang konsisten atas monogami. Seandainya semua perkawinan itu dapat kekal selama-lamanya, tanpa perselingkuhan pada semua pasangan, maka ajaran monogami takkan mengalami masalah.

Perselingkuhan itu kini dianggap biasa. Tak diperbolehkan, tapi layaknya telah menjadi kenyamanan pergaulan. Di seluruh dunia hal itu terjadi, baik di kota-kota metropolitan sampai ke pelosok-pelosok desa. Tak canggung para presenter mempercakapkan perselingkuhan dan seks di layar televisi.

Resistensi terhadap prinsip anti-perceraian dalam ajaran Katolik oleh pasangan-pasangan yang tak dapat mempertahankan pernikahannya oleh satu dan lain sebab yang tak tertahankan telah menimbulkan kerumitan dan keputus-asaan. Perceraian itu kini semakin terbiasa karena tekanan banyak hal, antara lain oleh hak individu, wanita berkarir, sosiologi masyarakat liberal, ketegangan radikal di masyarakat, konsumerisme, gaya hidup, pengaruh selebriti yang gampang gonta-ganti pasangan, kebebasan seks, narkoba dan lain-lain.

Mempertahankan perkawinan itu kini tak mudah. Perkawinan kekal ajaran Katolik menghadapi tantangan berat. Sekali ajaran itu diterapkan, hendaklah dijaga kekukuhannya dan kelestariannya. Ajaran Katolik tak memperkenankan perceraian, itu luar biasa! Penghormatan tinggi atas ajaran itu. Berbagai perselisihan dalam mahligai perkawinan dapat dianulir sehingga mampu meredam segala masalah yang timbul. Sebuah cinta yang kukuh akan terpelihara kekal. Perselisihan gampang disudahi, kedamaian dan kesejahteraan dalam keluarga menciptakan Surga di tengah lingkungan. Janji dan sumpah setia pada saat pernikahan menuai berkah selama perkawinan.

Poligami sebaiknya ditatap sebagai persoalan agama yang tak perlu diperlarut-larutkan. Semuanya itu telah di dalam kadarnya. Ajaran Islam dari negeri Arab menyudahi kultur harem dan perbudakan perempuan. Dan ajaran Kristen yang memuja Maria sebagai perempuan Bunda Allah, ibu Yesus yang dihormati, mengukuhkan monogami. Maka umat Kristen mudah mempertahankan monogami karena mereka merasa bahwa kesucian dan keagungan Maria itu layak dilestarikan dalam kalangan umat Kristen.

Tapi takkan tercapai kesepakatan kebenaran manakala ketersinggungan dan keegoan agama yang tampil. Maka jangan itu yang diusung sebagai kebenaran masing-masing. Hal-hal yang berbeda dari landasannya dan tak sama argumentasinya itu hanya akan selalu mengalami kebuntuan diskusi atau pemupukan dendam.

Jangan menentang kala umat Islam mempertanyakan mengapa para pastor dan suster itu harus selibat, padahal perkawinan itu dihalalkan Tuhan. Yesus yang lahir dari rahim Maria tanpa ayah, mengilhami selibat demi kesucian. Kesucian diidentikkan dengan melawan hawa nafsu persenggamaan yang manusiawi. Betapapun kebutuhan biologis setiap orang itu tak mungkin dihilangkan. Jangankan dihilangkan, dikurangi saja tak mudah. Menahan nafsu syahwat seperti menyimpan bom waktu. Dosa-dosa selibat tak jarang terungkap di media massa. Katakanlah, bahwa menjaga kesucian itu tak harus menyiksa diri. Tempuh segala yang halal dari Tuhan dan jagalah kelestarian kesuciannya.

Begitulah semua hal itu hendaklah direnungi. Kelebihan-kelebihan dari berbagai agama dibiarkan luruh menjadi pemahaman kebenaran dari sudut pandang yang lain. Dan menjadi buah kebijaksanaan pemikiran.

Keadaan yang ingin diperbaiki oleh Nabi Muhammad tak sama dengan keadaan yang dilalui Nabi Isa Al Masih. Tak mungkin kita ini bersatu dan menciptakan perdamaian dunia kalau masih mempersoalkan masalah poligami. Kemaksiatan meluruh di seluruh dunia. Bagi ajaran Islam, dimungkinkan mengatasi hal itu dengan poligami. Itu lebih mudah dan dapat menghindarkan dari dosa perzinahan.

Maka ada dua hal untuk menangkal kemaksiatan yang melimpah di dunia ini, yaitu: mengekalkan perkawinan dengan sumpah setia, sebagaimana ajaran Katolik itu, atau menghindarkan diri dari perzinahan liar dengan menikahi orang-orang yang dicintai itu, sebagaimana poligami yang diperkenankan Islam. Sungguh, semua ajaran Tuhan itu mengandung kemaslahatan bagi umat.


Disarikan dari:

http://www.liaeden.info/indonesia/index.php?Itemid=40&id=192&option=com_content&task=view


Wednesday, June 17, 2009

Kajian Rutin

Salam,

Tiap Jumat Malam Silahkan kepada teman2 yang tertarik dengan Kajian Metode Huruf dan Angka datang di Sekretariat Kilometer2, Jl.Kendangsari Lebar 48 Surabaya, Kajian dimulai setelah Isya......

Salam,

Admin

Friday, March 26, 2004

Re-Interpretasi Al-Quran melalui Pendekatan Strukturnya

Islam sebagai agama universal per definisi menawarkan kepada manusia jalan keselamatan dan kedamaian. Dalam perjalanan sejarah Islam yang panjang umat Islam telah berupaya mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Salah satu manifestasi karya umat Islam memberikan kontribusi kehidupan umat manusia berupa ilmu dan teknologi. Terbukti bahwasanya umat Islam secara aktif memberikan tinta emas bagi peradaban dan kebudayaan manusia.
Semua karya umat Islam dengan jelas berpijak kepada Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci Islam di mana Allah Sang Pencipta “menghadirkan” dirinya untuk berdialog dengan manusia. Al-Qur’an adalah “kitab terbuka” untuk dikaji manusia untuk mengambil pelajaran darinya. Pada diri Al-Qur’an termuat gambaran manusia dan kehidupan itu sendiri. Dengan demikian Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia. Tak mengherankan Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya karena pada diri manusia terdapat potensi rasional yang merupakan anugerah dari Allah yang berharga.
Dalam sejarah Islam yang panjang umat Islam telah berupaya mengkaji Al-Qur’an dari berbagai pendekatan. Semua pendekatan tersebut menjadi kekayaan keilmuan Islam yang berharga. Berbagai pendekatan untuk mengkaji Al-Qur’an merupakan manifestasi kebebasan berpikir umat Islam dan semua itu sah dengan pertanggunganjawab masing-masing pendekatan. Inilah perwujudan demokratisasi keilmuan yang mengesankan sebagaimana dicatat sejarah keilmuan.
Tanpa mengurangi penghargaan kepada berbagai pendekatan terhadap Al-Qur’an yang ada, diperlukan pendekatan baru terhadap Al-Qur’an. Mengapa ini diperlukan karena Al-Qur’an sebagai kitab abadi tidak akan pernah selesai untuk dielaborasi. Ini mendorong umat Islam supaya bangkit dari kemalasan intelektual yang menyebabkan kehidupan umat Islam mengalami kemunduran. Tidak ada klaim kemutlakan dalam mendekati Al-Qur’an, klaim kemutlakan menyebabkan kemandegan kreativitas keilmuan umat Islam.
Di sini diajukan tawaran berupa reinterpretasi Al-Qur’an melalui pendekatan strukturnya. Pendekatan struktural terhadap Al-Qur’an metodenya “ditemukan” oleh Lukman Soemabrata. Metode pendekatan struktural Al-Qur’an dielaborasi Lukman Soemabrata dalam buku Pengantar Fenomenologi Al-Quran: Dimensi Keilmuan di balik Mushaf Utsmani (1991) bersama Dr. Lukman Saksono dan Drs. Anharuddin. Lukman Sumasubrata juga menulis buku Keilmuan di balikFormat Al-Qur’an: Menelusuri Jejak Kaki Ibrahim (1996). Berpijak kepada pendekatan struktur Al-Qur’an diharapkan Al-Qur’an dapat “berbicara tentang dirinya sendiri”. Dengan demikian makna Al-Qur’an dapat ditangkap oleh manusia yang mengkajinya. Dengan manajemen yang baik dan tertata program kajian Al-Qur’an dengan pendekatan strukturnya dapat berjalan secara sistematis dan kontinyu, sehingga diperoleh hasil kajian yang signifikan.KM2

Thursday, February 19, 2004


PROFIL SINGKAT
Komunitas Kajian “Kilometer2”

Siapa Kita

Komunitas Pengkaji Al Quran yang menstimulasi masyarakat untuk lebih responsif terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.

Latar belakang

- adanya persamaan persepsi/sisi pandang dalam metode pengkajian,
- adanya kesamaan kepentingan untuk mengembangkan diri.

Mimpi Kita

Menstimulasi manusia untuk menumbuh kembangkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis.

Metode

- Melakukan analisa yang sistematis, kritis, logis terhadap obyek kajian,
- Menggunakan pendekatan proaktif,
- Menggunakan komunikasi berdasarkan kesadaran atas azas-azas kebebasan dan keterbatasan yang terdapat pada diri manusia.

Nilai-nilai Kita

Humanisme Religius, dalam kaitan dengan kehidupan semesta dimana keberadaan manusia tidak sekedar sebagai mahluk individual dan sosial, tetapi juga sebagai salah satu variabel dari sistem kehidupan semesta, oleh karena itu fitrah seorang manusia tidak sekedar menghidupi dan menghidupkan dirinya sendiri, tetapi juga wajib menghidupi dan menghidupkan lingkungan hidupnya.

Strategi

Bersikap responsif terhadap perbedaan dan memberikan alternatif-alternatif.

Keunikan Kita

Metode pengkajian yang holistik, progresif-kontekstual.

Visi

Masyarakat humanistik religius yang memiliki kesadaran kritis terhadap keberadaan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Misi

- Meletakkan dasar-dasar humanis religius pada masyarakat
- Menstimulasi masyarakat untuk lebih responsif terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang universal
- Mengaktualisasikan nilai-nilai kemanusiaan yang universal tanpa mengabaikan ciri-ciri khas (budaya) yang ada pada masyarakat bersangkutan
- Memberikan alternatif nilai dan solusi.